Kamis, 11 April 2013

Maura, Seorang Fans dan Seorang Pembenci



Maura, Seorang Fans dan Seorang Pembenci
“Bruuuk ….” aku menutup pintu dengan keras. Kesal!!! Sungguh kesal!! Kenapa aku harus sekolah di asrama?? Padahal nem yang aku dapat besar!! 29,7. Ingin rasanya menangis. Tapi, tak bisa, aku bukan lagi seorang anak kecil yang cengeng, dan bukan seorang yang gampang putus asa. Pokoknya, AKU HARUS SEKOLAH DI SMP BALEENDAH 1!!! Ya, salah satu sekolah terfavorit di Bandung. Tapi, karena tuntutan ibu dan pergaulan yang aneh di zaman sekarang, Aku memutuskan untuk sekolah di asrama, di  Pesantren 67 Persis.
“Sayang, pokoknya kamu harus sekolah di Pesantren 67!” perintah ibu marah.
“Iya,” jawabku ketus.
Besok, aku harus pergi ke asrama itu. Mungkin saat siang hari. Jadi, aku harus menyiapkan bajuku, kerudungku,  peralatan mandi selama 1 bulan, peralatan makan, 3 pack buku tulis, 1 pack pensil, 1 pack penghapus, Qur’an, pokoknya yang penting deh! Soalnya capek kalau ditulis semua. Dalam waktu 30 menit, aku selesai mengerjakannya. Tak sabar rasanya. Pasti disana seru. Akan ada banyak teman, dan juga kisah seru. Tuhan, percepatlah waktu.
“Fania, cepat tidur!!” teriak ibu dari lantai 1.
“Iya Bu,” jawabku.
Aku menutup pintu kamar. Lalu, membaringkan tubuhku di kasur, dan menyelimutinya. Tapi, aku tak bisa tidur. Rasanya masih “dag dig dug” dan bingung kalau aku sekolah di Pesantren 67. Aku takut kangen ibu, Ade Azmi, dan Kak Azki. Tapi, dengan bacaan surat seadanya, aku bisa tidur juga. Dan rasa “dag dig dug” itu hilang. Dan dalam beberapa menit, aku sudah berada dalam bunga tidurku.
*****
“Fania!!!! Ayo bangun!!! Sholat Shubuh dulu!!!” perintah ibu sambil menggoyangkan tubuhku.
“Hoam …. iya Bu, sebentar lagi,” jawabku sambil menggeliat.
“Ini udah jam setengah enam!!!! Cepat bangun!!” perintah ibu lebih keras lagi.
Gara-gara ibu, aku pun berjalan menuju kamar mandi di kamarku. Lalu berwudhu dan sholat. Setelah itu, aku sholat dan beranjak menuju ruang makan untuk sarapan. Setelah itu, aku membawa koper dan turun. Ibu sudah ada di garasi dan sudah menyalakan mesin mobil. Ade Azmi dan Kak Azki juga ikut. Aku masuk ke mobil dan mobil segera melaju. Perjalanan dari Bandung-Garut sekitar 3 jam. Kalau terjebak macet, bisa 4 atau 5 jam. Di mobil, aku tertidur, karena kelelahan.
*****
“Fania … bangun …” ibu mengguncang-guncang badanku.
“Hoam …..” aku menguap sambil menggeliat.
“Kita sudah sampai,”
“Iya Bu …”
Aku, ibu, Kak Azki, dan Ade Azmi berjalan ke arah ruang daftar ulang. Setelah itu, kami menuju ke asrama putri. Kamarku ada di nomor 16. Ada di lantai 3. Lalu, aku diantar ke kamar nomor 16. Disana, ada seorang orang anak yang sedang membereskan bajunya dan seorang ibu-ibu yang sedang membantu anak itu. Aku dibantu ibu membereskan baju untuk dimasukkan ke lemari baju milikku. Setelah selesai, aku berterima kasih kepada ibu. Lalu, aku turun ke lantai 1 untuk bertemu Kak Azki, dan Ade Azmi.
“Jaga diri baik-baik ya,” pinta ibu.
“Iya bu,” jawabku.
“Oh iya, ini uang untuk sebulan, jaga baik-baik, nanti kalau sudah sebulan, kamu bisa minta lagi lewat telepon sekolah. Kamu pulang bulan Oktober, saat selesai UTS ya,” kata ibu sambil memberi uang sejumlah Rp 300.000,00
“Hiks … hiks …”
“Udah, jangan nangis, udah gede nangis, cemen tau!” kata Kak Azki menertawakanku.
“Iih .. lagi sedih tau!!! Malah diketawain!!!” kata Ade Azmi.
“Hiks … Hiks … Fania gak mau …” jawabku.
“Eh, kakak kan udah bayar, gak boleh balik lagi,” kata Ade Azmi.
“Eh, udah ah. Fania, jaga diri kamu ya,” perintah ibu lagi.
“Huaaaaaaaaaaaaa ….” tangisku makin meledak.
Ibu memelukku. Lalu Ade Azmi dan Kak Azki. Ayahku sudah meninggal 2 tahun silam. Karena asthmanya kambuh. Ohh … Sedih rasanya. Setelah itu, Ibu, Kak Azki, dan Ade Azmi pergi. “Assalamu’alaikum,” itu kata terakhir yang aku dengar dari mulut Ibu. Sedangkan Kak Azki dan Ade Azmi hanya melambaikan tangan kepadaku. Mereka membuka pintu mobil dan masuk kedalam. Mobil pun melaju meninggalkan Pesantren 67. Sekarang, tinggal aku sendiri. Daripada aku menangis, aku kembali ke asrama.       
Aku menaiki tangga untuk sampai di lantai 3. Hatiku masih pilu. Karena sedih rasanya kalau ditinggal ibu, Kak Azki, dan Ade Azmi sendirian di tempat baru yang belum terlalu aku kenal. Semoga saja, waktu berlalu begitu cepat hingga aku tak merasakannya. Jadi, aku bisa ketemu ibu, Kak Azki dan Ade Azmi lagi. Padahal, baru saja aku ditinggal. Rasanya seperti 1 minggu yang begitu berat. Ibu, Kak Azki, Ade Azmi!!!! Aku rindu!!!
“Hai,,,,” sapa seorang anak yang lebih tinggi dariku.
“Ehm, hai,” balasku sambil mengulum senyum.
“Namaku Syara,” kata si anak.
“Aku Fania,” kataku.
“Kamarmu nomor berapa?” tanya Syara.
“Nomor 16, kamu?” jawabku.
“Nomor 16 juga,” ucap Syara.
“Wah?? Masa sih?” tanyaku.
“Iya,” jawab Syara sambil menggandengku.
“Berarti kita sekamar dong??? “ tanyaku. Tapi, Syara tidak menjawabnya.
Syara menarik tanganku menuju lantai 3. Disana, sudah ada 6 anak yang sedang sibuk pada urusannya masing-masing. Aku hanya tersenyum. Sedangkan Syara berlari menuju kasurnya yang berada di kasur bawah. Kasurku dibawah juga, karena kalau kasurnya diatas, aku takut jatuh. Jika kalian gak ngerti apa itu kasur bawah dan kasur atas, akan aku jelasin. Kalian tahu kan, kasur yang dua tingkat? Nah, itu dia kasurnya, ada kasur yang dibawah dan diatas kan? Pasti kalian udah ngerti sekarang.
Tak terasa, sudah jam 20.00 WIB. Aku dan teman-teman yang sekamar denganku bersiap-siap untuk tidur. Aku mencari selimut dan bantal yang masih disimpan di koper. Lalu, membaringkan diriku di kasur yang empuk. Dan menyelimuti tubuhku dengan selimut “Bismika allohuma ahya wa ‘amut” itu kata terakhir yang aku keluarkan sebelum memejamkan mataku yang sudah kelelahan.
*****
Adzan Shubuh berkumandang di pagi yang masih dingin. Aku terbangun. Lalu, menuju masjid yang tak pernah kosong. Sambil membawa mukena dan sajadah, aku berjalan ditemani Syara. Hari Senin, 27 Juli 2013. Hari ini adalah hari pertama aku bersekolah. Aku sudah menemukan teman sebelum masuk sekolah. Tapi, sepertinya aku belum punya musuh deh, hehe ^_^ iya, memang benar, aku tak punya musuh.
“Fan, kita jadi sahabat kan?” tanya Syara.
“Boleh,” jawabku sambil membuka sandal dan berjalan menuju pintu masjid.
“Bener nih?” tanya Syara lagi seperti kurang percaya.
“Iya, iya,” jawabku.
Aku dan Syara duduk di shaf paling depan. Lalu, kami memulai sholat sunnah subuh. Setelah itu, baru shalat wajib. “Assalamu’alaikum,” imam sholat kali ini mengakhiri sholat. Aku berdzikir. Setelah itu, pulang ke asrama masing-masing.
*****
“Assalamu’alaikum anak-anak, hari ini adalah hari yang menyenangkan. Karena kita nggak  akan belajar. Melainkan memperkenalkan diri! Setuju?” kata Ibu Dineu tegas.
“Iya bu,” jawab para santri kompak.
 “Kamu! Maju ke depan! Perkenalkan dirimu!” tunjuk Ibu Dineu kepada Syara.
“Iya bu!” kata Syara. Lalu, Syara maju ke depan.
“Assalamu’alaikum, nama saya Syara Nurul Azizah. Saya biasa dipanggil Syara. Umur saya 12 tahun. Asal sekolah saya di SDIT Nurul Arqom di Bekasi. Terima Kasih. Wassalam.” Itulah kata-kata introduce Syara tadi. Singkat ya?
“Bagus, ehm, sekarang kamu maju ke depan!” perintah Bu Dineu sambil menunjuk kepadaku.
Aku maju ke depan “Assalamu’alaikum, nama saya Qaisya Fania Anggia. Nama panggilan saya Fania. Tapi, kalian juga bisa memanggil saya Qaisya. Umur saya 12 tahun. Asal sekolah saya di SDIT Fitrah Insani 2 di Bandung. Sekian. Wassalam.”
Begitulah terus. Semua anak diperintahkan maju ke depan satu per satu hingga habis. Setelah itu, kami bermain game. Lalu, kami pulang ke asrama sambil menampakkan wajah gembira.
“Fania, besok kita harus bawa bahan buat kerajinan SBK,,” kata Syara mengingatkan.
“Oh iya, lebih baik, kita pergi ke koperasi sekolah yuk! Biar gak riweh[1] nantinya,” balasku.
“Iya, yuk!” ajak Syara.
Kami pun berjalan menuju koperasi sekolah yang terletak di depan asrama putri. Lalu, kami memilih milih bahan-bahan yang akan dijadikan kerajinan tangan untuk hari besok. Setelah itu, kami mebayar dan pulang ke asrama. Wah, sungguh hari yang menyenangkan! Dan aku tak sabar menunggu hari besok.
*****
Hari Selasa, 28 Juli 2013. Sungguh, aku rindu untuk bersekolah lagi pagi ini. Aku sudah sarapan dan menyiapkan buku pelajaran yang sudah dibagikan tanggal 26 Juli 2012. Tinggal menunggu Syara yang belum menghabiskan susu dan roti selainya. Baru setelah itu, aku bisa pergi ke sekolah dengan Syara.
“Cepet dong,” omelku.
“Iya, sabar dikit kenapa sih?” jawab Syara ketus.
“Iya deh, nenek cantik,” balasku sambil menampakkan wajah gak suka.
“Ini udah selesai. Hayu! Ngomel terus dari tadi!” omel Syara.
Aku dan Syara berangkat ke sekolah. Tapi, kali ini perasaanku tidak enak. Ehm, biarlah, itu hanya perasaan. Setelah sampai, aku meletakkan tas-ku di bangku dan pergi ke luar kelas untuk mencari teman baru.
“Hey! Sini!” teriak seseorang.
“Ada apa?” tanyaku.
“Enggak, Cuma mau ngasih kado aja, ini! Terima ya!” ucap anak itu, lalu pergi.
Aku menerima kado itu. Cukup besar. Warnanya ungu dengan gambar kartun Doraemon. Lucu, sekali. Aku kembali ke kelas karena 1 menit lagi bel berbunyi. Setelah sampai, aku memasukkannya ke dalam tas dan menerima pelajaran dari guru sampai jam pelajaran usai.
“Oke anak-anak, kita akhiri sampai disini, wassalamu’alaikum,” kata ibu Kania mengakhiri jam pelajaran. Semua anak bersorak dan pergi dari kelas untuk pulang ke asrama.
“Fan, kenapa sih? Hari ini senyum-senyum terus? Emangnya ada apa?” tanya Syara.
“Enggak, gak ada apa-apa kok,” jawabku sambil tersenyum.
“Ya udah kalau gak mau ngasih tau!” ucap Syara kesal.
“Nanti aku kasih tahu kok, tenang aja,” kataku sambil membisikkannya ke telinga Syara.
“Oke deh!” jawab Syara sambil tersenyum senang.
*****
Akhirnya sampai juga. Aku sudah lelah berjalan terus siang ini. Sekarang, aku mau membuka kado dari anak tadi. Sambil bergidik karena takut itu binatang, aku membukanya dengan sangat pelan. Ternyata, isinya adalah kue yang bertuliskan “SELAMAT MENIKMATI” aku memanggil Syara dan menyuruhnya untuk memakan kue itu. Dan, Syara memakannya.
“Enak, tapi kayaknya ada sesuatu di dalam kue itu,” kata Syara.
“Apa ya? Aku potong tengahnya ahhh…” kataku.
“Iya, silahkan aja.” Jawab Syara.
From   :  Someone hate you
Hai, princess! Sebenernya gue gak mau ngirim surat ini dan ngehabisin duit buat beli kue. Tapi, gara-gara loe udah ngerebut sahabat gue, mau gimana lagi, gue gak bisa diem. Oke, gue kasih loe kesempatan. Kalau loe bisa jauhin Syara sekarang, gue akan maafin loe! Dan, kalau loe gak bisa, liat aja nanti. Loe bakalan nyesel! Segitu aja deh, dari gue. Loe gak perlu tau siapa gue. Yang jelas, loe harus jauhin SYARA!
For      : Qaisya Fania Anggia  






Aku memotong bagian tengah kue itu. Terdapat dua amplop berwarna oranye dan ungu disana. Aku mengambilnya dan membuka amplop berwarna oranye. Ini isinya





“Kenapa Fan?” tanya Syara heran.
“Nih baca!” jawabku sambil memberikan kertas itu pada Syara.
From   : Someone like you
Hai, beauty girl! Aku temennya someone hate you. Tapi, aku gak sebel sama kamu, aku hanya ingin bilang, aku nge-fans sama kamu. Gak tahu kenapa, tapi, wajah kamu bener bener buat hati aku tenang Fania! Aku idolamu! Dan aku ingin menjadi sahabatmu, besok, saat pulang sekolah, temui aku di halaman belakang sekolah. Jangan lupa ya, tapi, kamu gak akan ketemu aku, hanya saja aku akan mengirim surat dan sebuah hadiah untukmu, janji ya! Kamu idola pertamaku lho!
For      : Qaisya Fania Anggia
Aku membuka amplop yang berwarna ungu. Sambil menunggu Syara selesai membaca amplop warna oranye, aku membaca amplop warna ungu. Ini isinya



Aku melipat surat itu. Aku sedih karena ada orang yang membenciku. Dan aku senang karena aku mempunyai fans. Perasaan sedih dan gembira bercampur aduk. Sampai Syara mengagetkanku.
“Kenapa sih?”
“Apa?” tanyaku
“Ehm, ini, kok ada yang benci ke kamu gara-gara aku deket sama kamu? Aneh kan? Padahal aku gak punya sahabat waktu kelas 6 SD,” jawab Syara
“Besok aja deh, aku capek, lelah, lagian, itu gak penting tahu!” kataku ketus plus kesal.
“Ok, ok, aku terima keputusan hakim cantik ini deh,” ucap Syara bercanda.
“Ih!! Apa sih Syara!!” kataku sambil berusaha mencubit pipinya.
“Udah ah! Capek tahu!” ucap Syara sambil menyelimuti tubuhnya dengan selimut.
“Woy!!! Belum maghrib udah tidur!!! Bangun!!” teriakanku membuat Syara bangkit.
“Tidur siang neng[2],” jawab Syara.
Aku membiarkan Syara tidur. Dan pergi ke halaman belakang sekolah. Setelah sampai, aku duduk di bangku depan dekat kolam ikan dan pohon beringin. Aku lihat ada seseorang di kursi sebelah. Aku pun mendekatinya.
“Hai,” sapaku kepada anak itu.
“Hai,” jawab anak itu sambil menengok ke arahku.
“Nama kamu siapa?” tanyaku.
“Maura, kamu?”
“Fania,” jawabku.
“Eh, kenapa kamu ada disini?”
“Lagi GALAU,”
“Kenapa?”
“Something,”
“Aku juga,”
“Berarti sama dong, aku galau karena aku mikirin Kakakku yang lagi sakit, dan biaya pesantren yang belum kulunasi,”
“Gitu ya, kalau aku, karena ada 2 orang yang ngirim surat ke aku. Satu orang benci ke aku karena deketin Syara, dan satunya lagi nge-fans ke aku. Dan aku lagi cari orangnya,”
“Kita sama-sama punya masalah ya, Fania,”
“Iya,”
Aku mengakhiri percakapan dengan Maura. Lalu berpamitan kepadanya karena aku belum shalat ashar. “Hati-hati ya!” itu kata terakhir yang aku dengar dari Maura. Anak itu cantik, kulitnya kuning langsat, bentuk wajahnya oval dan cara bicaranya sangat lembut. Sepertinya aku mulai menyukainya. Dan, ingin mengenalnya lebih lanjut.
*****
Pukul 22.30 WIB. Aku masih belum bisa menutup mata dan terpejam dalam bunga tidurku. Sepertinya, Maura dan dua orang yang mengirim surat itu masih aku pikirkan. Entah kenapa, tapi yang jelas, aku gak bisa tidur karena itu. Huh … Kesal sekali!
Dan karena itu, aku bangun untuk membawa segelas air putih. Dengan rasa takut yang sangat besar, akhirnya aku bisa mengambil segelas air itu. Tapi, ketika aku berbalik menuju pintu kamarku, aku mendengar suara tangis seorang wanita, yang aku ingat, itu pasti suara Maura, tidak salah lagi.
Aku menghampiri asal suara itu. Ternyata, itu berasal dari kamarku sendiri! Aku mebuka pintu kamarku. Lalu, terlihat Maura sedang menangis di kasur atas. Aku melongo. Tak sadar kalau Maura adalah anak yang cengeng. Kenapa? Aku sendiri tak tahu.
“Ehm …, hai, kok nangis sih?” tanyaku malu-malu.
“Hiks …., aku, har …, harus lunasin biaya pensantren, ka …, kalau enggak, aku dikeluarin Fan …..,” jawab Maura sambil mengelap air matanya yang terus berjatuhan.
Aku berpikir. Apa aku bisa membantunya atau tidak? Ehm …, sepertinya iya, karena aku masih punya uang tabungan kelas 6 SD. Aku tersenyum. Lalu, aku mengajaknya turun dan pindah ke kasurku.
“Jangan khawatir ya, Allah akan nolong kamu kok,” kataku sambil tersenyum.
“Iya Fania, aku tahu, tapi, aku ingin segera bayar biaya pesantren,” jawab Maura masih sedih.
“Aku akan ngeluarin uang tabunganku untuk bayar biaya pesantren kamu, tenang ya, lumayan, uangnya ada Rp 3.930.000,00” kataku.
“Makasih ya, kamu baik banget,” jawab Maura.
“Sama-sama, sekarang, kamu tidur ya,” kataku.
Aku dan Maura kembali ke kasur masing-masing. Dan tidur nyenyak, karena besok adalah hari yang menyenangkan. Setelah membaca do’a sebelum tidur, aku berdo’a agar besok aku bisa bertemu dengan orang yang nge-fans sama aku.
*****
Selepas pulang sekolah ini, aku berniat untuk pergi ke wartel sekolah yang letaknya hanya 2 km dari Asrama putri. Sebelum itu, aku pergi menuju halaman belakang sekolah. Aku menemukan sebuah kado dan sebuah amplop berwarna hijau. Diluarnya tertulis “From : Qaisya Fania Anggia” aku segera mengambilnya dan pergi ke wartel sekolah.
“Halo! Assalamu’alaikum Bu, ini Fania!” kataku gagang telepon.
Wa’alaikumsalam, ada ada Fan? Uangnya kurang?” tanya ibu.
“Enggak, Fania cuma mau ngomong, kalau uang tabungan Rp 3.930.00,00 itu kirimin kesini ya,” jawabku.
Buat apa? Bawa uang jangan banyak-banyak sayang,” kata ibu.
“Buat temen yang lagi butuhin uang Bu, ayolah Bu, please!!!” pintaku.
Ok anak cantik,,, besok Ibu kirimin ya, paling nyampenya lusa, soalnya Ibu mau pake paket express,” balas ibu.
“Makasih bu, udah ya, assalamu’alaikum,”
Wa’alaikum salam,
From   : Someone like you
Hai, idolaku! Kapan ya? Aku bisa bertemu kamu dan mengenalmu lebih jauh? Karena aku kangen sama kamu, idolaku, aku harap kamu bisa jadi yang terbaik, dan lusa, aku akan bertemu kamu pada acara rapat santri lho!!! Ingat ya, aku bukan Syara, Maura, atau siapapun yang kamu kenal, aku hanya fans kamu. Oh iya, besok, kamu ke halaman belakang sekolah lagi ya, aku mau ngirim surat plus kado lagi, idola, jangan lupa ya! Oh iya, 5 hari lagi, insyallah aku akan ketemu ke halaman belakang sekolah waktu istirahat. Aku ini orang yang waktu itu ngasih kue ke kamu! Dan orang yang benci kamu itu ada di kamar 14 di lantai 3. Sudah ya, orang yang membencimu sedang memergokiku! Bye!
For     : Qaisya Fania Anggia
Aku menutup telepon. Lalu keluar dari wartel dan menuju asrama putri. Lumayanlah, sekali-kali olahraga jalan dari asrama ke wartel dan wartel ke asrama. Setelah sampai, aku gak ketemu Syara di asrama. Katanya sih, Syara lagi di UKS, dia jadi ketua UKS sekarang, jadi maklum sibuk gitu, hehe.
Aku duduk di kasur dan membuka tas untuk mengambil kado dan surat berwarna hijau. Aku membuka surat itu. Ini isinya
My fans, I miss you too, kataku dalam hati. Aku membuka kado yang diberikan si someone like you itu. Dan isinya adalah buku diary  berwarna biru dan sebuah pulpen dengan glitter berwarna warni. Cantik sekali, dan aku menyukainya.
Di dalamnya buku diary itu tertulis “I LIKE YOU MY IDOLA,” lalu, di halaman depannya ada tulisan si someone like you. Aku baca dan itu hanya ada 5 kata yaitu “THIS GIFT  JUST FOR YOU!” dengan kata yang besar dan sangat jelas.
Aku malas membalasnya, karena itu menghambur-hambur kertas. Lebih baik, aku mencari orang yang membenciku di kamar nomor 14 yang ada di lantai 3 juga. Saat aku masuk, ada 12 orang yang sedang melaksanakan aktivitas masing-masing.
“Adakah di kamar ini yang membenciku?” tanyaku dengan suara sedikit dikeraskan.
“Ada!” jawab semua orang yang ada di kamar itu.
“Siapa? Dan kenapa?” balasku.
“Kanita, dia membencimu.” jawab seorang anak yang sedang merapikan kasurnya.
“Kenapa?” tanyaku lagi.
“Sebab dia gak mau kamu dekat dengan Syara,” jawab semua anak kompak.
“Kenapa aku gak boleh deket sama Syara?” tanyaku.
“Karena Syara adalah sahabatnya.”
“Tapi, Syara bilang dia gak punya sahabat ketika masih kelas 6 SD,”
“Dia bohong Fania,” jawab seseorang di belakangku.
Aku kaget. Spontan, aku berbalik ke arahnya. Dan, sepertinya, dia Kanita deh, soalnya kalau bukan Kanita, siapa lagi? Dia maju selangkah lebih dekat denganku. Aku pun mundur karena ketakutan.
“Ka … mu Kan … Kanita?” tanyaku sambil terbata-bata.
“Iya, ada apa? Masalah ya? Kalau gue ngirim surat ke loe dan benci ke loe?” Kanita malah bertanya balik.
“Enggak kok, aku hanya ingin tahu, siapa kamu,” jawabku dengan suara berat.
“Gitu ya, dan si Hayfina udah bilang ke loe bahwa gua benci ke loe kan? Dan dia ngirim surat yang gue tulis di dalam amplop warna oranye ke loe?!!!” tanya Kanita membentakku.
Aku hanya diam membisu tak berani menjawab. Hari ini, aku kalah dengan Kanita. Tapi hari nanti, mungkin aku nggak akan kalah. Aku akan menang atas izin Allah. Semoga saja.
“Menyingkir dari sini atau gue buat hati loe sakit!!!!” teriak Kanita dan aku menerimanya dengan perasaan marah.
Aku keluar sambil berusaha menahan tangis. Tapi akhirnya, tangisku pecah juga, aku berlari ke kamar nomor 16. Disana, sudah ada Syara yang sedang mengoprek tasku. Aku duduk didekatnya dan menyandarkan kepalaku di bahunya sambil terus menangis.
“Kenapa?” tanya Syara heran.
“Ka … mu boh … bohong!” ucapku sambil terbata-bata.
“Bohong? Soal apa? Aku gak ngerti! Mendingan, sekarang kamu cuci muka, tenangin dulu, baru bicara sama aku, oke?” perintah Syara.
Aku hanya mengangguk. Lalu menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menangkan diri sejenak. Setelah itu, Syara mengizinkanku untuk berbicara dengannya. Aku senang sekali. Karena aku sudah tak sabar untuk menyampaikan curhatku ke Syara.
“Kalau sekarang, kamu boleh ngobrol sama aku, silahkan,” ucap Syara sopan.
“Oke! Tadi, aku ke kamar nomor 14. Disana, ada orang yang benci aku karena aku deket sama kamu, nah, dia ngaku sahabat kamu, padahal kamu gak punya sahabat kan? Dan dia malah marah-marah ke aku sampai ngusir segala! Aku sakit hati tahu!” jelasku panjang lebar.
“Oh, gitu ya, kalau tentang itu, aku belum siap untuk jelasin Fan, soalnya, aku takut kamu marah,” jawab Syara yang membuat hatiku tidak enak.
Please! Aku gak akan marah kok,” sambungku.
“Janji ya,” ancam Syara.
“Iya,” jawabku.
“I … ya, a … aku boh … bohong sama kamu, maaf ya, sebenernya memang, Kanita temen aku, tapi kita musuhan saat nilai UN aku lebih besar dari dia, maaf ya,” jelas Syara.
29 Juli 2013
Tadi, aku nangis karena hatiku sakit sama Kanita(lebayyy) dia tadi nyebut nama Hayfina, tapi aku gak tahu dia siapa. Apa mungkin, Hayfina yang ngirim surat itu ya? Aku juga pusing. Mungkin besok, aku akan membuka dokumen murid untuk mengetahui siapa Hayfina. Dan besok juga, aku akan pergi ke halaman belakang sekolah untuk mengambil surat dari Hayfina. Semoga isinya menggembirakan hati. Amin.

Aku hanya tersenyum sambil menepuk-nepuk pundak Syara. Lalu, membuka diary dari si Someone like you itu. Aku menuliskan sesuatu disana. Ini isinya



Setelah itu, hari sudah mulai malam. Angin kencang berhembus dari arah barat. Aku segera bersiap-siap untuk pergi ke masjid. Dan melaksanakan sholat maghrib.
Hari ini benar-benar melelahkan. Tapi mungkin, besok akan jadi hari yang lebih melelahkan atau mungkin juga menyenangkan. Aku tak tahu itu. Tapi kuharap, besok akan jadi hari yang menyenangkan. Hanya berharap.
*****
Halo pagi yang cerah!!! Aku senang sekali. Karena uang dari Ibu sudah sampai. Jadi, aku akan memberikannya pada Maura. Sekarang, aku sedang bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Dan mengisi lembar hidupku dengan pengalamanku yang seru. Pasti dong, hehe.
“Sekarang, kenapa kamu lama sih?” teriak Syara dari lantai 2.
“Maaf ya, lagi sibuk nih!” jawabku sambil membenarkan tali sepatu. Benar kan? Aku sibuk.
“Iya, tapi cepet! Aku tunggu kamu di pintu keluar asrama ya,” kata Syara.
“Iya deh, gak apa. Sana kamu dulu!” balasku.
Setelah itu, aku dan Syara berangkat ke sekolah. Tapi karena itu masih jam 06.30, aku mampir dulu ke halaman belakang sekolah. Dan duduk di kursi yang sama saat bertemu Maura. Sepi memang, tapi tenang, sunyi, dan damai. Enak rasanya sendiri disini. Tiba-tiba, seseorang mengagetkanku.
“Hai, aku gak akan lupa janjimu lho!” kata seseorang dibelakangku.
Aku menengok kebelakang. Dan ternyata, itu Maura! Ya ampun, “Astagfirullah, Maura! Ngagetin aja!” balasku sambil berusaha menonjok lengannya. Hanya untuk bercanda di pagi yang cerah.
“Maaf,” jawabnya.
“Oh iya, uang yang kamu butuhin berapa?” tanyaku.
“1.000.000,00 lagi, ada gak?” dia malah balik bertanya kepadaku.
“Ada! Untung saja,” jawabku.
“Boleh? Bener nih?” tanyanya.
“Iya, ini!” kataku sambil menyodorkan uang seratus ribuan yang berjumlah sepuluh.
“Makasih ya, kamu baik banget ….,” ucap Maura sambil mengambil uang itu dan memelukku erat.
“Sama-sama, menolong muslim itu wajib lho!” kataku.
“Eh, anter aku ke ruang kepsek yuk! Mau ngasihin uang ini, please!” pintanya.
“Iya deh,” jawabku.
Aku dan Maura pun pergi ke ruangan kepsek untuk membayar biaya pesantren Maura. Setelah itu, kami kembali ke sekolah tepat saat bel masuk. Untung saja. Kalau tidak, Ustadzah Syifa akan menghukum kami tanpa tanggung!
Aku menjalani hari ini dengan penuh semangat sampai bel tanda pulang berbunyi. Setelah itu, aku keluar dari kelas dan berjalan menuju halaman belakang sekolah. Disana, aku bertemu dengan seseorang.
“Woyyyyyyyyyy ….!!!” teriakku.
Tapi sayang, orang itu langsung lari. Aku mengejarnya tapi tak bisa. Larinya terlalu cepat. Tapi, dia meninggalkan sesuatu di kursi depan kolam. Sebuah surat berwarna biru muda dan sebuah kado berbungkus angry bird.
Aku penasaran, lalu membawa kado dan amplop itu. Siapa tahu tadi itu si someone like you. Aku pun pulang sambil memegang surat dan kado itu dengan riang.
*****
From   : Someone like you
Hai, my idola! Tadi, aku ketemu sama Kanita. Katanya, kemarin kamu ke kamarnya  ya? Dan katanya, dia menyebut namaku di depan kamu? Bener gak? Berarti aku gak usah kasih tahu namaku lagi ya, kamu kan udah kenal aku, tinggal kamu cari aja dimana aku, bisa kan, untuk your big fans? Pasti bisa ya, please!!!! Udah dulu ya, banyak homework yang belum aku kerjain!!! Dan maaf, besok aku gak akan kirim kamu surat karena besok aku akan ketemu kamu di acara rapat santri dan ingat, 4 hari lagi, kita akan ketemu di halaman belakang sekolah saat istirahat, jangan lewatkan kesempatan itu, oh iya, ajak Syara dan Maura ya, aku akan siapin surprise buat kalian!
For     : Qaisya Fania Anggia
Aku sampai di asrama. Tak sabar rasanya membuka surat lagi. Setelah itu, aku pergi ke kamar dan merebahkan tubuh di kasur yang empuk sambil membuka surat dan membacanya. Ini isinya






Aku lelah deh, setelah sholat isya, aku tertidur lelap, karena besok adalah hari paling menyenangkan di sekolah ini. Baca terus ya, kelanjutannya
*****
Siang ini, setelah pulang sekolah, aku gak ke halaman belakang. Aku bakal ke ruang guru buat adain rapat santri. Aku juga gak tahu kenapa, tapi ini harus dilaksanakan. Dan yang paling kutunggu adalah, saat aku akan bertemu Hayfina!!!
Tapi tadi, waktu istirahat, aku ke halaman belakang sekolah. Sayang, Hayfina gak ada. Mungkin dia terlalu sibuk atau apalah. Aku tak tahu. Setelah sampai di ruang guru, semua santri kelas 7 diajak bicara sama guru. Menurut aku sih ngomongnya gaje banget! Alias gak jelas.
Semua santri kelas 7 disuruh memilih eskul dan pelajaran di setiap hari. Aku sih, nanti aja di pegisian daftar. Soalnya kalau sekarang ngantri. Jadi, aku pulang lebih dulu ke asrama tanpa Hayfina.
 Hari ini bukan hari yang baik!! Dan aku gak suka!!! Huh! Sungguh gak menyenangkan. Tapi, aku harus ikhlaskan ini. Walaupun kecewa. Ya, mungkin. Harus ikhlas.
Syara sudah pulang duluan dibanding aku. Mungkin dia udah bête duluan juga kali ya?? Gak tahu tuh! Yang penting, sekarang aku ada temen di asrama. Dari pada sendirian kan mending di temenin.
“Hai,” sapaku pada Syara.
“Hai, aku lihat surat dari Hayfina dong, please!” pintanya.
“Ehm ….. gimana ya?” tanyaku.
Please!!!!” jawabnya.
“Iya deh, aku ngalah, hehe” balasku.
“Hore!!!”
“Ini! Tapi, jangan beri tahu siapapun ya, sahabatku,” kataku sambil menyodorkan kartu ucapan yang diberikan Hayfina.
“Iya, deh!” jawabnya sambil tersenyum.
Aku berbaring lagi di tempat tidur yang benar-benar membuatku sangat nyaman. Yah, walaupun gak mewah. Mungkin karena aku kecapaian kali ya? Iya mungkin.
*****
Masih di tanggal 31 Juli 2013. Aku lelah banget. Tadi waktu aku selesai makan malam, aku ketemu Hayfina. Dia …. Dia sedang bertengkar dengan Kanita hanya karena aku! Oh, kenapa ini terjadi? Padahal aku tak menginginkannya.
Sekarang, aku ada di kamar nomor 8 di lantai 2. Tepatnya di kamar Hayfina. Kebalik ya? Udah ah. Hayfina masih menangis. Sedangkan Kanita ada di ruang guru. Katanya sih, dia mau di hukum. Tapi, aku tak tahu yang sebenarnya.
“Hayfina, maaf ya, ini semua gara-gara aku,” kataku pada Hayfina.
“Nggak kok, bukan karena kamu, itu hanya salah aku karena nggak mau nurutin kata Kanita. Tapi, itu demi kebaikanmu, maafin aku ya,” jelasnya sambil berusaha menahan air mata yang keluar dari matanya yang sipit.
“Ehm …, nggak. Aku hanya ingin minta maaf dan nggak mau tahu masalah kamu, tapi karena udah terlanjur, gak apa-apa deh, yang penting kamu udah lebih baikan.” kataku.
“I … ya, makasih udah buat hati aku selalu tenang. Kamu adalah orang pertama yang menyadarkanku kalau agama lebih penting, Fania,” jawabnya lesu.
“Sama-sama Hayfina, nanti, kalau kamu ketemu orang yang seperti aku lagi, langsung aja kenalan. Nggak usah pake kartu ucapan deh! Karena itu buat orang bingung Hayfina, oke?” tanyaku sambil mengelus bahunya. Karena kalau rambutnya? Mana bisa? Dia kan pakai kerudung.
“Iya deh, buat idolaku,” balasnya sambil tersenyum manis, sekali.
Aku dan Hayfina berpelukan. Hah …, akhirnya aku bertemu dengan Hayfina lagi. Rencanaku, aku ingin buat persahabatan sama Hayfina, Syara dan Maura. Karena mereka orang-orang yang membuat sadar arti hidup ini. Ya Allah, terima kasih atas semua ini.
Aku kembali ke kamarku. Karena hari sudah larut malam. Pukul 22.55. Syara sudah menunggu disana. Kayaknya dia mau bertanya atau apalah. Tapi, aku menolaknya karena aku kecapaian dan segera pergi ke kasurku dan menjatuhkan diri setelah sebelumnya mengganti baju dengan piyama.
*****
4 Agustus 2013. Hahaha …, ini adalah hari yang paling kutunggu. Gak apa sih, tapi kan, ini hari penting! Teman-teman ingat nggak? Kalau ingat ya, makasih kalau enggak, gak apa-apa deh! Kalian tahu, hari ini adalah hari dimana aku dan Hayfina akan bertemu lagi!! Karena 3 hari yang lalu Hayfina sakit. Kasihan sekali.
Sekolah baru saja mengistirahatkan semua santri perempuan. Aku keluar untuk mengunjungi halaman belakang sekolah, seperti dulu lagi. Dan, ingin bersama Hayfina. Sekarang, aku, Syara, Hayfina, dan Maura jadi sahabat lho! Benar. Dan aku sangat senang.
“Hai Hayfina!” sapaku kepadanya.
“Hai!” balasnya.
“Ehm …, senang ya, bisa mengenalmu. Dan, senang juga, kita bisa jadi sahabat.”
“Iya,”
Aku dan Hayfina berpelukan dan mengenang masa lalu disini. Oh, mengharukan sekali. Dan, aku hampir menangis. Tapi, tidak karena Syara dan Maura segera datang dan menghangatkan suasana.
*****


[1] Ricuh, sibuk,
[2] Panggilan untuk anak-anak. Biasanya orang Sunda
Temen-temnen, maaf ya .. ceritanya agak aneh. Maaf juga soalnya jarang nge-post. Modemnya rusak ... selamat membaca ya! Nanitakan kisan selanjutnya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar